Bukit Menumbing Terletak di daerah Mentok pada arah
Barat Laut Pulau Bangka, Gunung Menumbing ini memiliki ketinggian sekitar 355
meter dpl. Di Gunung Menumbing jugalah merupakan tempat pengasingan Bung Karno
dan Bung Hatta oleh Belanda pada tahun 1948-1949 di Pulau Bangka.
Ada sebuah wisma yang masih terawat
hingga kini yang menjadi tempat di mana Proklamator RI tersebut diasingkan. Wisma Menumbing adalah rumah peristirahatan dimana Soekarno pernah
tinggal selama pengasingan di pulau Bangka. Wisma menumbing terletak di
kota Muntok, Kabupaten Bangka Barat. Ini adalah kota yang berada di
salah satu ujung pulau Bangka yang didirikan oleh Kesultanan Palembang
Darussalam pada masa Sultan Sri Susuhan Mahmud Badaruddin I.
Sedangkan untuk asal mula nama mentok
yaitu Sekitar tahun 1724-1725, Sultan Mahmud Badaruddin I memerintahkan kepada
istri dan para petinggi kesultanan untuk berangkat dan melihat serta memastikan
lokasi yang akan dipilih untuk tempat tinggal keluarga dari Siantan, salah satu
negeri di bawah kekuasaan Kesultanan Johor.
Kemudian mereka berangkat dari Palembang menuju Pulau Bangka. Setelah pelayaran sampai di perairan luar Sungsang, dari kejauhan Ratu melihat sebuah daratan yang merupakan bagian dari Pulau Bangka. Semakin dekat daratan yang dituju, ternyata daratan tersebut adalah sebuah tanjung. Maka Ratu berujar dalam bahasa Melayu Siantan, "Daratan Entoklah" atau "A Muntok jadilah" (kalau itu jadi) sambil menunjuk ke arah daratan tersebut. Maksud dari ucapan ini bahwa daratan yang di depan adalah tempat yang layak untuk kediaman keluarga dari Siantan. Ucapan Ratu tersebut selanjutnya menjadi cikal bakal pertama penamaan Muntok. Kata "entok" dalam dialek Melayu Siantan tersebut artinya "itulah". Setelah itu Sultan pun memerintahkan Wan Akub serta keluarga dari Siantan untuk mendirikan tempat tinggal di daerah tersebut.
Kemudian mereka berangkat dari Palembang menuju Pulau Bangka. Setelah pelayaran sampai di perairan luar Sungsang, dari kejauhan Ratu melihat sebuah daratan yang merupakan bagian dari Pulau Bangka. Semakin dekat daratan yang dituju, ternyata daratan tersebut adalah sebuah tanjung. Maka Ratu berujar dalam bahasa Melayu Siantan, "Daratan Entoklah" atau "A Muntok jadilah" (kalau itu jadi) sambil menunjuk ke arah daratan tersebut. Maksud dari ucapan ini bahwa daratan yang di depan adalah tempat yang layak untuk kediaman keluarga dari Siantan. Ucapan Ratu tersebut selanjutnya menjadi cikal bakal pertama penamaan Muntok. Kata "entok" dalam dialek Melayu Siantan tersebut artinya "itulah". Setelah itu Sultan pun memerintahkan Wan Akub serta keluarga dari Siantan untuk mendirikan tempat tinggal di daerah tersebut.
No comments:
Post a Comment